Kamis, 24 Oktober 2013

Hikayat

Diposting oleh Rifatul Fitri di 16.53


Pemuda dan Topeng Sakti
          Dahulu kala, hiduplah seorang pemuda tampan yang bernama Wawan. Dia adalah putra dari pelayan raja. Wawan sangat senang dalam hal politik kerajaan. Desa yang ditinggali Wawan sangat berantakan. Rakyat-rakyat kecil di desa itu dijadikan budak oleh Raja Dharmateguh. Beliau adalah raja yang sangat kejam terhadap rakyatnya. Beliau memiliki putri yang bernama putri Gendis. Putri Gendis adalah putri cantik yang banyak memikat hati lelaki. Dia mempunyai sifat yang berbanding terbalik dengan ayahnya.
            Suatu ketika, Wawan mengetahui bahwa sang raja akan melakukan pembangunan istana di daerah baru secara besar-besaran yang mengerahkan seluruh pemuda yang ada di desa. Kejamnya, pembangunan ini dilakukan tanpa istirahat, hanya diberi makan sekali selama satu bulan. Saat dia kesal, tiba-tiba ia bertemu dengan seorang kakek yang ingin meminta bantuan. Kakek tersebut meminta bantuan untuk menggalikan tanah yang ada di tepi sungai tempat Wawan berada. Karena Wawan merasa kasihan dengan kakek tersebut, akhirnya ia menggalikan tanah yang ditunjukkan oleh kakek tersebut. Setelah digali beberapa jam kemudian, Wawan menemukan sebuah sebuah topeng kuno. Kakek itu kemudian berkata bahwa topeng itu diberikan pada Wawan. Wawan terkejut mendengar perkataan kakek tersebut. Ternyata kakek itu berkata bahwa ia telah memperhatikan Wawan sejak tadi dan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Wawan. Tentu saja Wawan senang karena ada orang yang ada dipihaknya.
            Kemudian Wawan mencoba topeng yang diberikan kakek. Setelah dicoba, Wawan merasakan ada hal yang berbeda dari dirinya. Ternyata, kekuatan dari topeng tersebut adalah siapapun yang mengenakan topeng tersebut maka orang tersebut akan menjadi orang yang terhebat dalam peperangan apapun. Tetapi, topeng itu juga memiliki kelemahan yaitu siapapun yang memiliki topeng tersebut tidak boleh melakukan hubungan dengan seorang wanita karena jika hal itu terjadi maka kesaktiannya akan menghilang dan pemiliknya akan mati. Wawanpun menyanggupinya karena ia hanya mencintai satu wanita seumur hidupnya yakni putri Gendis.
            Keesokan harinya, para pemuda di desa tersebut mulai bekerja kecuali Wawan. Ia bersembunyi di sebuaah rumah bambu di tengah hutan. Ia memang sengaja bersembunyi di tengah hutan agar ia dapat melancarkan misinya. Misinya adalah mengumpulkan para pemuda yang akan dijadikan pengikutnya. Dalam misi ini dia mencoba untuk mengenakan topeng untuk pertama kalinya dalam menjalankan misinya. Sesampainya di gerbang istana, Wawan dihadang oleh para prajurt kerajaan. Awalnya terjadi pertentangan yang berujung pada peperangan kecil antara Wawan yang menyamar sebagai pemuda bertopeng dengan para prajurit yang berjaga di lokasi pembangunan istana. Peperangan kecil ini dimenangkan oleh Wawan. Akhirnya Wawan dapat memasuki lokasi pembangunan dan bertemu dengan pemuda-pemuda yang dijadikan budak oleh Raja Dharmateguh.
            Setelah itu, Wawan alias manusia bertopeng mulai mengajak semua budak untuk dijadikan pengikutnya. Manusia topeng berjanji akan menegakkan keadilan dan hak-hak yang semestinya diperoleh oleh seluruh rakyat Kerajaan Tugu. Akhirnya semua budakpun setuju dan mereka melakukan mogok kerja selama 3 hari untuk melihat reaksi Raja Dharmateguh. Selama 3 hari itu, Wawan bersama para budak mengatur strategi untuk menghancurkan kerajaan Tugu. Selama Wawan bersama para pengikutnya ia tidak pernah melepaskan topengnya. Ini bertujuan untuk melindungi dirinya sebagai Wawan. Setelah 3 hari, Raja Dharmateguh mulai curiga karena tidak ada laporan mengenai pembangunan istana di daerah barunya tersebut. Setelah itu, Raja Dharmateguh memutuskan untuk turun langsung ke lokasi pembangunan istana barunya tersebut.
            Betapa terkejutnya Raja Dharmateguh, ketika sampai di lokasi melihat para prajuritnya yang telah mati dan melihat tidak ada budak yang bekerja di lokasi tersebut. Melihat kejadian tersebut, Raja Dharmateguh langsung marah dan menyuruh pengawal-pengawal istana yang ia bawa untuk mencari budak-budak tersebut dan akan dihukum seberat-beratnya. Pencarian budak ini akan dilakukan pada malam hari. Hal ini sudah diketahui oleh Wawan karena ayahnya seorang pelayan raja. Tentu saja Wawan sudah mengatur strategi untuk hal itu dan membicarakannya dengan para budak.
            Pada malam hari, terjadilah perisriwa itu. Manusia bertopeng beserta para budak telah bersembunyi sesuai dengan strategi yang telah diatur sebelumnya. Pengawal-pengawal raja mulai mencari para budak di setiap rumah. Sesuai strategi, setiap pengawal istana keluar dari tiap rumah mereka langsung ditembak menggunakan anak panah yang telah diatur oleh manusia bertopeng. Akhirnya strategi yang telah diatur oleh Wawan berhasil dan semua pengawal istana mati pada malam itu juga.
            Keesokan harinya, Raja Dharmateguh telah mengetahui bahwa semua pengawal yang bertugas untuk mencari para budak telah mati. Raja Dharmateguh bertambah amarahnya atas kejadian tersebut dan berencana untuk mencari tahu dalang dibalik semua peristiwa itu. Akhirnya dibuatlah sayembara untuk menangkap manusia bertopeng tersebut. Tentu saja, para pemuda yang menjadi pengikut Wawan tidak mengikuti sayembara tersebut. Mereka malah berusaha untuk melindungi Wawan alias manusia bertopeng.
            Ada seorang pemuda dari luar desa yang tertarik dengan sayembara Raja Dharmateguh. Dia bernama Joko. Joko adalah pemuda pintar yang senang dalam hal penyelidikan. Akhirnya Joko memutuskan untuk mengikuti sayembara tersebut. Selain pintar, ternyata joko juga sombong. Keberadaan Joko pada awalnya tidak dianggap begitu serius oleh Wawan Karena Wawan menganggap dia dapat membunuh Joko secepatnya.
          Ternyata setelah dilakukan beberapa penyelidikan, Joko mulai mencurigai seseorang. Seseorang yang dimaksud adalah Wawan. Tetapi kemungkinannya masih kecil. Akhirnya, Joko memutuskan untuk menyelidiki Wawan lebih dekat sebagai manusia bertopeng dengan cara berpura-pura menjadi temannya. Pada keesokan harinya, Joko mulai melancarkan aksinya. Pada saat itu Wawan sedang mencari kayu bakar di tengah hutan. Joko berpura-pura  meminta pertolongan karena serangan macan. Saat itu Wawan mendengarnya dan langsung menolong Joko dari serangan macan tersebut.
            Wawan menolong joko layaknya manusia biasa. Wawan tidak menggunakan topeng dalam kehidupan sehari-harinya. Hal itu dilakukan agar kesaktian Wawan sebagai manusia bertopeng tidak terbongkar. Joko mengucapkan terima kasih pada Wawan dan berencana untuk membantunya mencari kayu bakar. Ditengah-tengah mencari kayu bakar, tiba-tiba Joko mengatakan sesuatu pada Wawan. Joko berkata,”Aku Joko.”. Wawan terkejut dan terdiam untuk sesaat. Wawan bertanya-tanya dalam hati mengapa harus Joko? Apa tujuan Joko mengungkapkan identitasnya pada Wawan? Apa joko mulai mencurigai Wawan? Setelah memikirkan hal itu untuk sesaat, Wawan menjawab dengan tenang pada Joko,”Perkenalkan juga, aku Wawan”.
            Kini mereka berdua berada dalam pertempuran yang sesungguhnya. Pertempuran yang tidak tahu siapa pemenangnya. Mereka berdua saling berbicara didalam hati satu sama lain. Mereka bertindak seolah-olah telah akrab dan bertanya soal pribadi mereka masing-masing. Mereka berdua dalam hati saling berkata bahwa mereka siap bertempur.
            Suatu ketika, Joko menginap di rumah Wawan. Joko berdalih bahwa ia telah diusir dari rumahnya. Sejak saat Joko menginap di rumah Wawan, Joko selalu mengikuti setiap kegiatan Wawan. Wawan tentu saja sudah mengatur strategi untuk hal ini. Suatu malam, Wawan berencana untuk membobol keuangan kerajaan untuk dibagikan pada rakyat jelata. Wawan membuat dua topeng yang sama dengan topeng yang ia gunakan untuk menjalankan misinya. Wawan membuat topeng ini saat awal pertama tahu keberadaan Joko. Ternyata Joko tidak sebodoh apa yang Wawan pikirkan. Joko sudah menyadari bahwa topeng yang Wawan taruh di dalam kamarnya adalah topeng palsu.
            Anak buah Joko diperintahkan untuk mengikuti Wawan secara diam-diam. Anak buah Joko bernama Lukinto. Lukinto sangat ahli dalam hal mengintai. Dia berhasil memergoki Wawan sedang menggunakan topeng sakti. Hal itu langsung diceritakan pada Joko. Joko senang dengan hal ini dan berusaha mencari kelemahan topeng sakti tersebut. Keesokan harinya, Joko menemui orang yang ahli dalam hal benda-benda sakti. Joko menceritakan pada ahli benda-benda sakti tersebut ciri-ciri topeng yang digunakan serta kesaktian dari topeng tersebut. Ternyata, kelemahan dari topeng sakti itu pemilik dari topeng tersebut tidak boleh melakukan hubungan dengan seorang wanita.
            Setelah mengetahui kelemahan topeng sakti itu, Joko berusaha untuk menjatukan Wawan. Joko sudah mencoba beberapa kali untuk merayu Wawan dengan seorang wanita. Alhasil, rencana itu gagal. Wawan adalah orang yang tidak gampang dirayu oleh wanita secantik apapun. Dia hanya mencintai satu wanita yaitu putri Gendis, putri dari Raja Dharmateguh. Joko tidak menyerah begitu saja, ia terus mengikuti Wawan kemanapun ia pergi. Joko tetap menyuruh Lukinto untuk mengintai Wawan. Sampai saat ini Wawan tetap melancarkan aksinya untuk meruntuhkan pemerintahan Dharmateguh.
            Suatu pagi, Wawan dan Joko pergi ke pasar untuk menjual kayu bakar. Tiba-tiba Wawan dan Joko bertemu dengan Putri Gendis. Wawan terlihat bercanda tawa dengan Gendis. Memang Wawan tidak bisa menutupi perasaannya pada Putri Gendis. Pada saat itulah, Joko mengetahui siapa yang Wawan sukai dan mulai menyusun rencana. Wawan tidak sadar bahwa sikapnya tadi akan menunjukkan pada Joko bahwa ia menyukai Putri Gendis. Joko menyusun rencana untuk membayar seorang wanita yang akan berpura-pura seperti Putri Gendis. Joko menyuruh Lukinto untuk menyusuri tiap sudut desa untuk mencari orang yang berbadan sama dengan Putri Gendis. Setelah dua hari menyusuri setiap sudut desa, akhirnya Lukinto menemukan orang yang berbadan sama dengan Putri Gendis. Setelah menemukan orang yang tepat wanita tersebut diberi ramuan yang telah dibeli oleh Joko agar wajah wanita itu sama dengan Putri Gendis. Setelah diberi ramuan wajah wanita itu sama dengan wajah Putri Gendis. Hingga tiba di suatu hari Gendis jadi-jadian itu menemui Wawan. Gendis jadi-jadian itu beralasan bahwa ia ingin menemui Wawan karena ia tidak tahan dengan kelakuan ayahnya yang begitu kejam. Setelah Wawan mengetahui alasan Gendis jadi-jadian, ia tahu bahwa Gendis bukan orang yang yang seperti itu. Putri Gendis yang sesungguhnya pernah mengatakan bahwa ia akan selalu menyayangi ayahnya meskipun berperilaku tidak baik karena bagaimanapun juga Raja Dharmateguh telah merawat Putri Gendis sejak kecil saat ditinggal oleh ibunya. Ibu dari Putri Gendis menderita penyakit yang sangat parah sehingga ia dibawa pergi dari istana karena dapat membahayakan kesehatan Putri Gendis yang saat itu masih bayi. Sejak saat itu, Putri Gendis berjanji untuk terus menyayangi dan melindungi ayahnya semampunya. Tetapi setelah Wawan mengetahui wanita yang ada di depan rumahnya bukan Gendis betulan, Wawan pura-pura berempati dan mengajak Gendis jadi-jadian itu masuk kedalam rumah Wawan.
            Setelah masuk kedalam rumah Wawan, Gendis jadi-jadian itu merasa seperti sudah sering masuk kedalam rumah Wawan. Padahal harusnya ini pertama kalinya Putri Gendis masuk kedalam rumah Wawan. Wawan makin yakin kalau wanita ini bukan Putri Gendis yang sebenarnya. Setelah lama mereka berbincang-bincang, tiba-tiba Gendis jadi-jadian itu ingin mencium Wawan. Spontan, Wawan langsung menghentikan tindakan Gendis jadi-jadian itu yang dirasa berlebihan. Wawan merasa tidak tahan lagi dan berkata pada wanita itu,”Kau bukan Putri Gendis yang kukenal! Keluarlah dari sini sebelum kau mati ditanganku!!”. Seketika itu juga wanita itu terkejut dan langsung pergi dari rumah Wawan. Joko yang mengintip kejadian itu juga terkejut dan kesal dengan tindakan Wawan.
            Joko tetap tidak merasa kalah oleh Wawan. Joko memutuskan untuk pulang dari rumah Wawan dan segera melaporkan pada Raja Dharmateguh bahwa manusia bertopeng itu adalah Wawan. Setelah Joko memberi tahu hal yang sebenarnya pada Raja Dharmateguh, sang raja terlihat sangat murka. Dia langsung menyuruh ayah Wawan untuk memanggil Wawan atas kejadian yang telah terjadi. Ayah Wawan terkejut dengan apa yang telah dilakukan oleh anaknya tersebut. Wawan mencoba untuk menenangkan ayahnya yang marah besar padanya. Wawan menjelaskan tujuan mengapa ia melakukan hal-hal yang selama ini sangat meresahkan kerajaan. Hal ini dilakukan agar rakyat jelata tidak lagi sengsara dengan pemerintahan Raja Dharmateguh. Ayah Wawan yang terlanjur marah akhirnya memutuskan untuk memberi pelajaran atas apa yang dilakukannya selama ini. Wawan akan dikeluarkan dari keluarga ayahnya jika tidak bisa mengalahkan Raja Dharmateguh.
            Wawan semangat dengan persyaratan ayahnya itu. Ayahnya mengatakan apabila ingin menjadi pahlawan tidak boleh hanya sekedar nama tetapi yang namanya pahlawan harus mampu mempertanggungjawabkan namanya itu. Wawan berjanji pasti akan memenangkan peperangan melawan Raja Dharmateguh. Wawan berangkat menuju kerajaan Tugu untuk menghadap sang raja. Sesampainya di kerajaan, Wawan langsung dikawal oleh pengawal kerajaan untuk dibawa menghadap sang raja. Raja Dharmateguh yang sedang menyimpan amarah langsung meluapkan amarahnya pada Wawan. Dia langsung menyiram Wawan dengan air yang ada disamping kursi tahtanya. Wawan bersikap biasa saja dengan perlakuan sang raja. Raja dharmateguh hanya ingin Wawan berlutut pada sang raja setelah apa yang Wawan lakukan selama ini.
            Dengan tegas Wawan menolak perintah itu. Raja Dharmateguh makin marah dengan penolakan Wawan. Raja berkata,”Baiklah. Kalau kau tidak mau berlutut kepadaku, kita berperang saja. Jika kau yang menang maka kau tidak perlu berlutut kepadaku, tetapi jika kau kalah kau harus berlutut kepadaku.” Wawanpun menjawab,”Aku tidak mau. Aku mau jika aku menang, akulah yang akan menjadi raja dari kerajaan Tugu ini. Jika kau tidak mau, maka aku akan terus menjalankan misiku sebagai manusia bertopeng.” Raja Dharmateguh makin murka dengan pernyataan Wawan.
            Karena sang raja tidak ingin dianggap penakut dia menerima tantangan Wawan. Wawan akan bertanding dengan Raja Dharmateguh tiga hari kedepan di tengah lapangan. Wawan dan sang raja sama-sama menyusun strategi untuk memenangkan peperangan ini. Hingga tiba tiga hari kemudian ditengah teriknya matahari mereka beserta pasukannya siap untuk berperang. Awalnya pasukan Wawan merasa takut bahwa mereka akan kalah karena pasukan dari Raja Dharmateguh dua kali lipatnya pasukan Wawan. Tetapi Wawan tidak patah semangat. Dia malah semakin bersemangat karena ia merasa sangat optimis akan menang.
            Peperangan pun dimulai. Wawan mulai mengenakan topeng saktinya itu. Semua saling menyerang pasukan musuh satu sama lain termasuk Wawan dan sang raja. Mereka semua saling tusuk dan banyak yang mati dalam tragedi ini. Pasukan yang paling banyak mati adalah pasukan Wawan. Tetapi Wawan tidak patah semangat malah dia makin semangat untuk membalas kematian pasukan-pasukannya. Saat peperangan sedang berlangsung, Wawan secara diam-diam menusuk sang raja dari belakang. Semua pasukan terkejut. Sang raja seketika itu langsung berlumuran darah dan akhirnya meninggal. Setelah sang raja mati dapat dipastikan bahwa peperangan telah usai dan dimenangkan oleh pihak Wawan. Wawan sangat bahagia atas kemenangannya dan dapat menjadi pahlawan yang sesungguhnya. Tetapi dibalik kesenangan Wawan, Putri Gendis yang mengetahui mayat ayahnya sangat sedih. Dia tidak percaya bahwa Wawan sendiri yang telah membunuh ayahnya.
            Setelah peperangan itu, semua pasukan Wawan bersuka cita dan mengucapkan terima kasih pada Wawan karena telah meruntuhkan pemerintahan Raja Dharmateguh. Akhirnya Wawan dapat menepati janjinya pada ayahnya. Sesaat Wawan terdiam. Dia ingat Putri Gendis. Setelah mengingat Putri Gendis, ia langsung bergegas ke istana. Ternyata di sana Putri sedang bersiap-siap untuk angkat kaki dari kerajaan Tugu. Wawan sangat menyesal atas pernyataannya. Dia lupa memikirkan hal itu sebelum membuat kesepakatan dengan Raja Dharmateguh. Wawanpun menghampiri Putri Gendis yang terlihat sangat berduka atas peperangan yang baru saja terjadi. Wawan berkata.”Maafkan aku putri. Aku tidak memikirkanmu sebelum membuat kesepakatan itu. Aku menyesal.” Dengan tegas Putri Gendis menjawab,” tidak apa. Itu sudah keputusan yang kau buat. Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi selain pergi dari istana ini. Aku cukup kecewa mendengar kau yang telah membunuh ayahku. Tapi aku tidak akan marah padamu dan ingat satu hal sekarang aku bukan lagi seorang putri.” “sekali lagi aku minta maaf Gendis. Bagiku kau tetap putri yang berhati mulia. Dimanapun kau berpijak pasti kau akan diterima dengan senang hati.” Hanya itu sedikit kalimat yang bisa disampaikan oleh Wawan sebelum Gendis yang bukan lagi seorang putri itu pergi meninggalkan istana.
            Wawan pulang ke rumah dengan ekspresi sangat sedih. Tidak disangka ia menyakiti perasaan orang yang ia cintai. Ayah Wawan melihat wajah anaknya yang tidak enak langsung menghampirinya. Ayah ali bertanya,”Kenapa kau berwajah murung? Bukankah ini hari yang paling kau nantikan?” Wawan menjawab,”Aku telah menyakiti perasaan Gendis Ayah. Aku sangat menyesal.” Ayah Wawan menjawabnya dengan bijak bahwa untuk mejadi seorang pahlawan memang perlu pengorbanan. Semakin besar pengorbanan kita maka semakin besar nantinya hasil yang kita dapatkan. Wawanpun tidak terlarut sedih dan kembali merayakan kemenangan peperangan bersama para rakyatnya.
Tiga bulan kemudian...
            Seperti yang telah Wawan janjikan, Wawan membangun Kerajaan Tugu dengan baik. Rakyatnya hidup makmur. Semua senang dengan pemerintahan yang dibangun oleh Raja Wawan. Raja Wawan sudah mulai pulih atas semua kepedihan yang dialaminya di masa lalu. Sampai saat ini Raja Wawan memang belum menikah. Dia belum menemukan orang yang cocok dengannya. Suatu hari, Raja Wawan sedang berjalan di tengah taman yang ia bangun di tengah-tengah desa sambil mengingat masa lalunya dengan Gendis sambil membawa topeng. Memang di taman itulah Raja Wawan bertemu pertama kalinya. Saat itu, putri Gendis sedang memberikan makanan pokok pada orang-orang di sekitar taman itu. Ketika Raja Wawan pertama kali melihatnya ia sudah jatuh cinta pada kebaikannya pada sesama manusia. Kemudian mereka berdua di taman itu sama-sama memberikan makanan pokok pada orang-orang di sekitar taman sambil bercanda tawa. Kini itu hanyalah kenangan yang akan menjadi kisah hidup Raja Wawan. Saat Raja Wawan sedang berjalan-jalan, tiba-tiba topengnya terjatuh. Dan saat Raja Wawan ingin mengambilnya ternyata ada seorang wanita yang mengambilnya.
            Raja Wawan penasaran siapa yang mengambilkan topeng saktinya itu. Ternyata wanita itu adalah Gendis. Wanita yang disukai oleh sang raja. Raja Wawan terkejut melihat Gendis yang kini menjadi rakyat biasa. Gendis tersenyum melihat ekspresi Raja Wawan yang sangat terkejut dengan kedatangan Gendis.”Mengapa kau kemari tanpa memberitahuku?”Tanya Raja Wawan. Gendis mejawab,”Hamba hanya ingin melihat keadaan desa yang dulu pernah hamba tinggali.” Raja wawan sangat senang mendengar suara Gendis. Raja Wawan menanyakan semua hal tentang Gendis di bangku taman itu. Gendispun menceritakan semuanya. Ketika Gendis pergi dari istana, ia pindah ke desa Leran yang tidak jauh dari Kerajaan Tugu. Di desa itu Gendis hidup sebatang kara dan bekerja sebagai seseorang yang membuat pakaian bangsawan. Gendis pikir hanya itu yang bisa ia lakukan  karena ia pernah menjadi seorang putri. Dia menjalani kesehariannya sebagai rakyat biasa. Gendis tidak bisa terus larut dalam kesedihannya di masa lalu. Ia harus bangkit dan memulai kehidupan barunya. Di desa itu rakyatnya sangat damai dan ramah tamah sehingga Gendis senang tinggal di desa itu sampai ia mendengar bahwa Raja dari Kerajaan Tugu belum menikah. Ia sesegera mungkin pergi ke Kerajaan Tugu untuk melihat siapa rajanya. Ternyata dugaan Gendis benar bahwa raja dari Kerajaan Tugu adalah Raja Wawan.
            Raja Wawan malu mendengar cerita dari Gendis. Raja Wawan berkata,”Aku belum menikah bukan karena aku tidak laku.  Aku hanya sedang menunggu seseorang.”. Gendis penasaran dan akhirnya berkata,”Siapa orang yang engkau tunggu?”. Langsung saja Raja Wawan menjawab,”orang itu adalah kau Gendis. Aku ingin segera melamarmu. Maukah kau menikah dengan orang sepertiku yang telah membunuh ayahmu ini?”. Setelah Gendis mendengar lamaran Raja Wawan ia menjawab,”asal kau tidak seperti pemerintahan ayahku, aku menerima lamaran raja dengan senang hati.”. Setelah lamaran itu Raja Wawan langsung memberitahukan hali ini pada ayahnya bahwa ia akan segera menikahi Gendis. Ayah Wawan terkejut sekaligus senang dengan apa yang dikatakan oleh anaknya. Akhirnya setelah tiga bulan menanti, Raja Wawan dan Gendispun menikah. Rakyat dengan senang hati menerimanya. Sebelum menikah Gendis mempunyai permintaan. Permintaannya adalah ia juga ikut membayar biaya pernikahan ini. Raja Wawan terkejut atas permintaan Gendis. Ini semua Gendis lakukan agar ia tidak membebani keluarga kerajaan. Akhirnya Raja Wawanpun menuruti permintaan Gendis dan merekapun menikah. Semua rakyat senang dengan pernikahan sang raja. Tidak ada yang berduka dalam pernikahan ini. Akhirnya Raja Wawanpun menikah dengan orang yang selama ini ia cintai dan bersama-sama membangun Kerajaan Tugu.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rifatul Fitri's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea