Pemuda
dan Topeng Sakti
Dahulu kala, hiduplah
seorang pemuda tampan yang bernama Wawan. Dia adalah putra dari pelayan raja.
Wawan sangat senang dalam hal politik kerajaan. Desa yang ditinggali Wawan
sangat berantakan. Rakyat-rakyat kecil di desa itu dijadikan budak oleh Raja
Dharmateguh. Beliau adalah raja yang sangat kejam terhadap rakyatnya. Beliau
memiliki putri yang bernama putri Gendis. Putri Gendis adalah putri cantik yang
banyak memikat hati lelaki. Dia mempunyai sifat yang berbanding terbalik dengan
ayahnya.
Suatu ketika, Wawan mengetahui bahwa
sang raja akan melakukan pembangunan istana di daerah baru secara besar-besaran
yang mengerahkan seluruh pemuda yang ada di desa. Kejamnya, pembangunan ini
dilakukan tanpa istirahat, hanya diberi makan sekali selama satu bulan. Saat
dia kesal, tiba-tiba ia bertemu dengan seorang kakek yang ingin meminta
bantuan. Kakek tersebut meminta bantuan untuk menggalikan tanah yang ada di
tepi sungai tempat Wawan berada. Karena Wawan merasa kasihan dengan kakek
tersebut, akhirnya ia menggalikan tanah yang ditunjukkan oleh kakek tersebut.
Setelah digali beberapa jam kemudian, Wawan menemukan sebuah sebuah topeng
kuno. Kakek itu kemudian berkata bahwa topeng itu diberikan pada Wawan. Wawan
terkejut mendengar perkataan kakek tersebut. Ternyata kakek itu berkata bahwa
ia telah memperhatikan Wawan sejak tadi dan tahu apa yang sedang dipikirkan
oleh Wawan. Tentu saja Wawan senang karena ada orang yang ada dipihaknya.
Kemudian Wawan mencoba topeng yang
diberikan kakek. Setelah dicoba, Wawan merasakan ada hal yang berbeda dari
dirinya. Ternyata, kekuatan dari topeng tersebut adalah siapapun yang mengenakan
topeng tersebut maka orang tersebut akan menjadi orang yang terhebat dalam
peperangan apapun. Tetapi, topeng itu juga memiliki kelemahan yaitu siapapun
yang memiliki topeng tersebut tidak boleh melakukan hubungan dengan seorang
wanita karena jika hal itu terjadi maka kesaktiannya akan menghilang dan
pemiliknya akan mati. Wawanpun menyanggupinya karena ia hanya mencintai satu
wanita seumur hidupnya yakni putri Gendis.
Keesokan harinya, para pemuda di
desa tersebut mulai bekerja kecuali Wawan. Ia bersembunyi di sebuaah rumah
bambu di tengah hutan. Ia memang sengaja bersembunyi di tengah hutan agar ia
dapat melancarkan misinya. Misinya adalah mengumpulkan para pemuda yang akan
dijadikan pengikutnya. Dalam misi ini dia mencoba untuk mengenakan topeng untuk
pertama kalinya dalam menjalankan misinya. Sesampainya di gerbang istana, Wawan
dihadang oleh para prajurt kerajaan. Awalnya terjadi pertentangan yang berujung
pada peperangan kecil antara Wawan yang menyamar sebagai pemuda bertopeng
dengan para prajurit yang berjaga di lokasi pembangunan istana. Peperangan
kecil ini dimenangkan oleh Wawan. Akhirnya Wawan dapat memasuki lokasi
pembangunan dan bertemu dengan pemuda-pemuda yang dijadikan budak oleh Raja
Dharmateguh.
Setelah itu, Wawan alias manusia
bertopeng mulai mengajak semua budak untuk dijadikan pengikutnya. Manusia
topeng berjanji akan menegakkan keadilan dan hak-hak yang semestinya diperoleh
oleh seluruh rakyat Kerajaan Tugu. Akhirnya semua budakpun setuju dan mereka
melakukan mogok kerja selama 3 hari untuk melihat reaksi Raja Dharmateguh.
Selama 3 hari itu, Wawan bersama para budak mengatur strategi untuk menghancurkan
kerajaan Tugu. Selama Wawan bersama para pengikutnya ia tidak pernah melepaskan
topengnya. Ini bertujuan untuk melindungi dirinya sebagai Wawan. Setelah 3
hari, Raja Dharmateguh mulai curiga karena tidak ada laporan mengenai
pembangunan istana di daerah barunya tersebut. Setelah itu, Raja Dharmateguh
memutuskan untuk turun langsung ke lokasi pembangunan istana barunya tersebut.
Betapa terkejutnya Raja Dharmateguh,
ketika sampai di lokasi melihat para prajuritnya yang telah mati dan melihat
tidak ada budak yang bekerja di lokasi tersebut. Melihat kejadian tersebut, Raja
Dharmateguh langsung marah dan menyuruh pengawal-pengawal istana yang ia bawa untuk
mencari budak-budak tersebut dan akan dihukum seberat-beratnya. Pencarian budak
ini akan dilakukan pada malam hari. Hal ini sudah diketahui oleh Wawan karena
ayahnya seorang pelayan raja. Tentu saja Wawan sudah mengatur strategi untuk
hal itu dan membicarakannya dengan para budak.
Pada malam hari, terjadilah
perisriwa itu. Manusia bertopeng beserta para budak telah bersembunyi sesuai
dengan strategi yang telah diatur sebelumnya. Pengawal-pengawal raja mulai
mencari para budak di setiap rumah. Sesuai strategi, setiap pengawal istana
keluar dari tiap rumah mereka langsung ditembak menggunakan anak panah yang
telah diatur oleh manusia bertopeng. Akhirnya strategi yang telah diatur oleh
Wawan berhasil dan semua pengawal istana mati pada malam itu juga.
Keesokan harinya, Raja Dharmateguh
telah mengetahui bahwa semua pengawal yang bertugas untuk mencari para budak
telah mati. Raja Dharmateguh bertambah amarahnya atas kejadian tersebut dan
berencana untuk mencari tahu dalang dibalik semua peristiwa itu. Akhirnya
dibuatlah sayembara untuk menangkap manusia bertopeng tersebut. Tentu saja,
para pemuda yang menjadi pengikut Wawan tidak mengikuti sayembara tersebut.
Mereka malah berusaha untuk melindungi Wawan alias manusia bertopeng.
Ada seorang pemuda dari luar desa yang
tertarik dengan sayembara Raja Dharmateguh. Dia bernama Joko. Joko adalah
pemuda pintar yang senang dalam hal penyelidikan. Akhirnya Joko memutuskan
untuk mengikuti sayembara tersebut. Selain pintar, ternyata joko juga sombong.
Keberadaan Joko pada awalnya tidak dianggap begitu serius oleh Wawan Karena Wawan
menganggap dia dapat membunuh Joko secepatnya.
Ternyata setelah dilakukan beberapa
penyelidikan, Joko mulai mencurigai seseorang. Seseorang yang dimaksud adalah
Wawan. Tetapi kemungkinannya masih kecil. Akhirnya, Joko memutuskan untuk
menyelidiki Wawan lebih dekat sebagai manusia bertopeng dengan cara
berpura-pura menjadi temannya. Pada keesokan harinya, Joko mulai melancarkan
aksinya. Pada saat itu Wawan sedang mencari kayu bakar di tengah hutan. Joko
berpura-pura meminta pertolongan karena
serangan macan. Saat itu Wawan mendengarnya dan langsung menolong Joko dari
serangan macan tersebut.
Wawan menolong joko layaknya manusia
biasa. Wawan tidak menggunakan topeng dalam kehidupan sehari-harinya. Hal itu
dilakukan agar kesaktian Wawan sebagai manusia bertopeng tidak terbongkar. Joko
mengucapkan terima kasih pada Wawan dan berencana untuk membantunya mencari
kayu bakar. Ditengah-tengah mencari kayu bakar, tiba-tiba Joko mengatakan
sesuatu pada Wawan. Joko berkata,”Aku Joko.”. Wawan terkejut dan terdiam untuk
sesaat. Wawan bertanya-tanya dalam hati mengapa harus Joko? Apa tujuan Joko mengungkapkan
identitasnya pada Wawan? Apa joko mulai mencurigai Wawan? Setelah memikirkan
hal itu untuk sesaat, Wawan menjawab dengan tenang pada Joko,”Perkenalkan juga,
aku Wawan”.
Kini mereka berdua berada dalam
pertempuran yang sesungguhnya. Pertempuran yang tidak tahu siapa pemenangnya.
Mereka berdua saling berbicara didalam hati satu sama lain. Mereka bertindak
seolah-olah telah akrab dan bertanya soal pribadi mereka masing-masing. Mereka
berdua dalam hati saling berkata bahwa mereka siap bertempur.
Suatu ketika, Joko menginap di rumah
Wawan. Joko berdalih bahwa ia telah diusir dari rumahnya. Sejak saat Joko
menginap di rumah Wawan, Joko selalu mengikuti setiap kegiatan Wawan. Wawan
tentu saja sudah mengatur strategi untuk hal ini. Suatu malam, Wawan berencana
untuk membobol keuangan kerajaan untuk dibagikan pada rakyat jelata. Wawan
membuat dua topeng yang sama dengan topeng yang ia gunakan untuk menjalankan
misinya. Wawan membuat topeng ini saat awal pertama tahu keberadaan Joko.
Ternyata Joko tidak sebodoh apa yang Wawan pikirkan. Joko sudah menyadari bahwa
topeng yang Wawan taruh di dalam kamarnya adalah topeng palsu.
Anak buah Joko diperintahkan untuk
mengikuti Wawan secara diam-diam. Anak buah Joko bernama Lukinto. Lukinto
sangat ahli dalam hal mengintai. Dia berhasil memergoki Wawan sedang
menggunakan topeng sakti. Hal itu langsung diceritakan pada Joko. Joko senang
dengan hal ini dan berusaha mencari kelemahan topeng sakti tersebut. Keesokan
harinya, Joko menemui orang yang ahli dalam hal benda-benda sakti. Joko
menceritakan pada ahli benda-benda sakti tersebut ciri-ciri topeng yang
digunakan serta kesaktian dari topeng tersebut. Ternyata, kelemahan dari topeng
sakti itu pemilik dari topeng tersebut tidak boleh melakukan hubungan dengan
seorang wanita.
Setelah mengetahui kelemahan topeng
sakti itu, Joko berusaha untuk menjatukan Wawan. Joko sudah mencoba beberapa
kali untuk merayu Wawan dengan seorang wanita. Alhasil, rencana itu gagal.
Wawan adalah orang yang tidak gampang dirayu oleh wanita secantik apapun. Dia
hanya mencintai satu wanita yaitu putri Gendis, putri dari Raja Dharmateguh.
Joko tidak menyerah begitu saja, ia terus mengikuti Wawan kemanapun ia pergi.
Joko tetap menyuruh Lukinto untuk mengintai Wawan. Sampai saat ini Wawan tetap
melancarkan aksinya untuk meruntuhkan pemerintahan Dharmateguh.
Suatu pagi, Wawan dan Joko pergi ke
pasar untuk menjual kayu bakar. Tiba-tiba Wawan dan Joko bertemu dengan Putri
Gendis. Wawan terlihat bercanda tawa dengan Gendis. Memang Wawan tidak bisa
menutupi perasaannya pada Putri Gendis. Pada saat itulah, Joko mengetahui siapa
yang Wawan sukai dan mulai menyusun rencana. Wawan tidak sadar bahwa sikapnya
tadi akan menunjukkan pada Joko bahwa ia menyukai Putri Gendis. Joko menyusun
rencana untuk membayar seorang wanita yang akan berpura-pura seperti Putri
Gendis. Joko menyuruh Lukinto untuk menyusuri tiap sudut desa untuk mencari
orang yang berbadan sama dengan Putri Gendis. Setelah dua hari menyusuri setiap
sudut desa, akhirnya Lukinto menemukan orang yang berbadan sama dengan Putri
Gendis. Setelah menemukan orang yang tepat wanita tersebut diberi ramuan yang
telah dibeli oleh Joko agar wajah wanita itu sama dengan Putri Gendis. Setelah
diberi ramuan wajah wanita itu sama dengan wajah Putri Gendis. Hingga tiba di
suatu hari Gendis jadi-jadian itu menemui Wawan. Gendis jadi-jadian itu beralasan
bahwa ia ingin menemui Wawan karena ia tidak tahan dengan kelakuan ayahnya yang
begitu kejam. Setelah Wawan mengetahui alasan Gendis jadi-jadian, ia tahu bahwa
Gendis bukan orang yang yang seperti itu. Putri Gendis yang sesungguhnya pernah
mengatakan bahwa ia akan selalu menyayangi ayahnya meskipun berperilaku tidak
baik karena bagaimanapun juga Raja Dharmateguh telah merawat Putri Gendis sejak
kecil saat ditinggal oleh ibunya. Ibu dari Putri Gendis menderita penyakit yang
sangat parah sehingga ia dibawa pergi dari istana karena dapat membahayakan
kesehatan Putri Gendis yang saat itu masih bayi. Sejak saat itu, Putri Gendis
berjanji untuk terus menyayangi dan melindungi ayahnya semampunya. Tetapi
setelah Wawan mengetahui wanita yang ada di depan rumahnya bukan Gendis
betulan, Wawan pura-pura berempati dan mengajak Gendis jadi-jadian itu masuk
kedalam rumah Wawan.
Setelah masuk kedalam rumah Wawan,
Gendis jadi-jadian itu merasa seperti sudah sering masuk kedalam rumah Wawan.
Padahal harusnya ini pertama kalinya Putri Gendis masuk kedalam rumah Wawan.
Wawan makin yakin kalau wanita ini bukan Putri Gendis yang sebenarnya. Setelah
lama mereka berbincang-bincang, tiba-tiba Gendis jadi-jadian itu ingin mencium
Wawan. Spontan, Wawan langsung menghentikan tindakan Gendis jadi-jadian itu
yang dirasa berlebihan. Wawan merasa tidak tahan lagi dan berkata pada wanita
itu,”Kau bukan Putri Gendis yang kukenal! Keluarlah dari sini sebelum kau mati
ditanganku!!”. Seketika itu juga wanita itu terkejut dan langsung pergi dari
rumah Wawan. Joko yang mengintip kejadian itu juga terkejut dan kesal dengan tindakan
Wawan.
Joko tetap tidak merasa kalah oleh
Wawan. Joko memutuskan untuk pulang dari rumah Wawan dan segera melaporkan pada
Raja Dharmateguh bahwa manusia bertopeng itu adalah Wawan. Setelah Joko memberi
tahu hal yang sebenarnya pada Raja Dharmateguh, sang raja terlihat sangat
murka. Dia langsung menyuruh ayah Wawan untuk memanggil Wawan atas kejadian
yang telah terjadi. Ayah Wawan terkejut dengan apa yang telah dilakukan oleh
anaknya tersebut. Wawan mencoba untuk menenangkan ayahnya yang marah besar
padanya. Wawan menjelaskan tujuan mengapa ia melakukan hal-hal yang selama ini
sangat meresahkan kerajaan. Hal ini dilakukan agar rakyat jelata tidak lagi
sengsara dengan pemerintahan Raja Dharmateguh. Ayah Wawan yang terlanjur marah
akhirnya memutuskan untuk memberi pelajaran atas apa yang dilakukannya selama
ini. Wawan akan dikeluarkan dari keluarga ayahnya jika tidak bisa mengalahkan
Raja Dharmateguh.
Wawan semangat dengan persyaratan
ayahnya itu. Ayahnya mengatakan apabila ingin menjadi pahlawan tidak boleh
hanya sekedar nama tetapi yang namanya pahlawan harus mampu
mempertanggungjawabkan namanya itu. Wawan berjanji pasti akan memenangkan
peperangan melawan Raja Dharmateguh. Wawan berangkat menuju kerajaan Tugu untuk
menghadap sang raja. Sesampainya di kerajaan, Wawan langsung dikawal oleh
pengawal kerajaan untuk dibawa menghadap sang raja. Raja Dharmateguh yang
sedang menyimpan amarah langsung meluapkan amarahnya pada Wawan. Dia langsung
menyiram Wawan dengan air yang ada disamping kursi tahtanya. Wawan bersikap
biasa saja dengan perlakuan sang raja. Raja dharmateguh hanya ingin Wawan
berlutut pada sang raja setelah apa yang Wawan lakukan selama ini.
Dengan tegas Wawan menolak perintah
itu. Raja Dharmateguh makin marah dengan penolakan Wawan. Raja berkata,”Baiklah.
Kalau kau tidak mau berlutut kepadaku, kita berperang saja. Jika kau yang
menang maka kau tidak perlu berlutut kepadaku, tetapi jika kau kalah kau harus
berlutut kepadaku.” Wawanpun menjawab,”Aku tidak mau. Aku mau jika aku menang,
akulah yang akan menjadi raja dari kerajaan Tugu ini. Jika kau tidak mau, maka
aku akan terus menjalankan misiku sebagai manusia bertopeng.” Raja Dharmateguh
makin murka dengan pernyataan Wawan.
Karena sang raja tidak ingin
dianggap penakut dia menerima tantangan Wawan. Wawan akan bertanding dengan
Raja Dharmateguh tiga hari kedepan di tengah lapangan. Wawan dan sang raja
sama-sama menyusun strategi untuk memenangkan peperangan ini. Hingga tiba tiga
hari kemudian ditengah teriknya matahari mereka beserta pasukannya siap untuk
berperang. Awalnya pasukan Wawan merasa takut bahwa mereka akan kalah karena
pasukan dari Raja Dharmateguh dua kali lipatnya pasukan Wawan. Tetapi Wawan
tidak patah semangat. Dia malah semakin bersemangat karena ia merasa sangat
optimis akan menang.
Peperangan pun dimulai. Wawan mulai
mengenakan topeng saktinya itu. Semua saling menyerang pasukan musuh satu sama
lain termasuk Wawan dan sang raja. Mereka semua saling tusuk dan banyak yang
mati dalam tragedi ini. Pasukan yang paling banyak mati adalah pasukan Wawan.
Tetapi Wawan tidak patah semangat malah dia makin semangat untuk membalas
kematian pasukan-pasukannya. Saat peperangan sedang berlangsung, Wawan secara
diam-diam menusuk sang raja dari belakang. Semua pasukan terkejut. Sang raja seketika
itu langsung berlumuran darah dan akhirnya meninggal. Setelah sang raja mati
dapat dipastikan bahwa peperangan telah usai dan dimenangkan oleh pihak Wawan.
Wawan sangat bahagia atas kemenangannya dan dapat menjadi pahlawan yang
sesungguhnya. Tetapi dibalik kesenangan Wawan, Putri Gendis yang mengetahui
mayat ayahnya sangat sedih. Dia tidak percaya bahwa Wawan sendiri yang telah
membunuh ayahnya.
Setelah peperangan itu, semua
pasukan Wawan bersuka cita dan mengucapkan terima kasih pada Wawan karena telah
meruntuhkan pemerintahan Raja Dharmateguh. Akhirnya Wawan dapat menepati
janjinya pada ayahnya. Sesaat Wawan terdiam. Dia ingat Putri Gendis. Setelah
mengingat Putri Gendis, ia langsung bergegas ke istana. Ternyata di sana Putri
sedang bersiap-siap untuk angkat kaki dari kerajaan Tugu. Wawan sangat menyesal
atas pernyataannya. Dia lupa memikirkan hal itu sebelum membuat kesepakatan
dengan Raja Dharmateguh. Wawanpun menghampiri Putri Gendis yang terlihat sangat
berduka atas peperangan yang baru saja terjadi. Wawan berkata.”Maafkan aku
putri. Aku tidak memikirkanmu sebelum membuat kesepakatan itu. Aku menyesal.”
Dengan tegas Putri Gendis menjawab,” tidak apa. Itu sudah keputusan yang kau
buat. Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi selain pergi dari istana ini. Aku
cukup kecewa mendengar kau yang telah membunuh ayahku. Tapi aku tidak akan
marah padamu dan ingat satu hal sekarang aku bukan lagi seorang putri.” “sekali
lagi aku minta maaf Gendis. Bagiku kau tetap putri yang berhati mulia.
Dimanapun kau berpijak pasti kau akan diterima dengan senang hati.” Hanya itu
sedikit kalimat yang bisa disampaikan oleh Wawan sebelum Gendis yang bukan lagi
seorang putri itu pergi meninggalkan istana.
Wawan pulang ke rumah dengan
ekspresi sangat sedih. Tidak disangka ia menyakiti perasaan orang yang ia
cintai. Ayah Wawan melihat wajah anaknya yang tidak enak langsung
menghampirinya. Ayah ali bertanya,”Kenapa kau berwajah murung? Bukankah ini
hari yang paling kau nantikan?” Wawan menjawab,”Aku telah menyakiti perasaan
Gendis Ayah. Aku sangat menyesal.” Ayah Wawan menjawabnya dengan bijak bahwa
untuk mejadi seorang pahlawan memang perlu pengorbanan. Semakin besar
pengorbanan kita maka semakin besar nantinya hasil yang kita dapatkan. Wawanpun
tidak terlarut sedih dan kembali merayakan kemenangan peperangan bersama para
rakyatnya.
Tiga
bulan kemudian...
Seperti yang telah Wawan janjikan,
Wawan membangun Kerajaan Tugu dengan baik. Rakyatnya hidup makmur. Semua senang
dengan pemerintahan yang dibangun oleh Raja Wawan. Raja Wawan sudah mulai pulih
atas semua kepedihan yang dialaminya di masa lalu. Sampai saat ini Raja Wawan
memang belum menikah. Dia belum menemukan orang yang cocok dengannya. Suatu
hari, Raja Wawan sedang berjalan di tengah taman yang ia bangun di tengah-tengah
desa sambil mengingat masa lalunya dengan Gendis sambil membawa topeng. Memang
di taman itulah Raja Wawan bertemu pertama kalinya. Saat itu, putri Gendis sedang
memberikan makanan pokok pada orang-orang di sekitar taman itu. Ketika Raja Wawan
pertama kali melihatnya ia sudah jatuh cinta pada kebaikannya pada sesama
manusia. Kemudian mereka berdua di taman itu sama-sama memberikan makanan pokok
pada orang-orang di sekitar taman sambil bercanda tawa. Kini itu hanyalah
kenangan yang akan menjadi kisah hidup Raja Wawan. Saat Raja Wawan sedang
berjalan-jalan, tiba-tiba topengnya terjatuh. Dan saat Raja Wawan ingin
mengambilnya ternyata ada seorang wanita yang mengambilnya.
Raja Wawan penasaran siapa yang
mengambilkan topeng saktinya itu. Ternyata wanita itu adalah Gendis. Wanita
yang disukai oleh sang raja. Raja Wawan terkejut melihat Gendis yang kini
menjadi rakyat biasa. Gendis tersenyum melihat ekspresi Raja Wawan yang sangat
terkejut dengan kedatangan Gendis.”Mengapa kau kemari tanpa
memberitahuku?”Tanya Raja Wawan. Gendis mejawab,”Hamba hanya ingin melihat
keadaan desa yang dulu pernah hamba tinggali.” Raja wawan sangat senang
mendengar suara Gendis. Raja Wawan menanyakan semua hal tentang Gendis di
bangku taman itu. Gendispun menceritakan semuanya. Ketika Gendis pergi dari
istana, ia pindah ke desa Leran yang tidak jauh dari Kerajaan Tugu. Di desa itu
Gendis hidup sebatang kara dan bekerja sebagai seseorang yang membuat pakaian
bangsawan. Gendis pikir hanya itu yang bisa ia lakukan karena ia pernah menjadi seorang putri. Dia
menjalani kesehariannya sebagai rakyat biasa. Gendis tidak bisa terus larut
dalam kesedihannya di masa lalu. Ia harus bangkit dan memulai kehidupan barunya.
Di desa itu rakyatnya sangat damai dan ramah tamah sehingga Gendis senang
tinggal di desa itu sampai ia mendengar bahwa Raja dari Kerajaan Tugu belum
menikah. Ia sesegera mungkin pergi ke Kerajaan Tugu untuk melihat siapa
rajanya. Ternyata dugaan Gendis benar bahwa raja dari Kerajaan Tugu adalah Raja
Wawan.
Raja Wawan malu mendengar cerita
dari Gendis. Raja Wawan berkata,”Aku belum menikah bukan karena aku tidak
laku. Aku hanya sedang menunggu
seseorang.”. Gendis penasaran dan akhirnya berkata,”Siapa orang yang engkau
tunggu?”. Langsung saja Raja Wawan menjawab,”orang itu adalah kau Gendis. Aku
ingin segera melamarmu. Maukah kau menikah dengan orang sepertiku yang telah
membunuh ayahmu ini?”. Setelah Gendis mendengar lamaran Raja Wawan ia menjawab,”asal
kau tidak seperti pemerintahan ayahku, aku menerima lamaran raja dengan senang
hati.”. Setelah lamaran itu Raja Wawan langsung memberitahukan hali ini pada
ayahnya bahwa ia akan segera menikahi Gendis. Ayah Wawan terkejut sekaligus
senang dengan apa yang dikatakan oleh anaknya. Akhirnya setelah tiga bulan
menanti, Raja Wawan dan Gendispun menikah. Rakyat dengan senang hati
menerimanya. Sebelum menikah Gendis mempunyai permintaan. Permintaannya adalah
ia juga ikut membayar biaya pernikahan ini. Raja Wawan terkejut atas permintaan
Gendis. Ini semua Gendis lakukan agar ia tidak membebani keluarga kerajaan.
Akhirnya Raja Wawanpun menuruti permintaan Gendis dan merekapun menikah. Semua
rakyat senang dengan pernikahan sang raja. Tidak ada yang berduka dalam
pernikahan ini. Akhirnya Raja Wawanpun menikah dengan orang yang selama ini ia
cintai dan bersama-sama membangun Kerajaan Tugu.
0 komentar:
Posting Komentar